A. PENGERTIAN, KEDUDUKAN DAN RUANG LINGKUP TAKWA
Takwa
yang artinya antara lain: takut, menjaga diri, memelihara, tanggung
jawab dan memenuhi kewajiban. karena itu, orang yang bertakwa adalah
orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran: mengerjakan
suruhan-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, takut terjerumus ke dalam
perbuatan dosa. Orang yang takwa adalah orang yang menjaga (membentengi)
diri dari kejahatan; memelihara diri agar tidak melakukan perbuatan
yang tidak diridai Allah; bertanggung jawab mengenai sikap, tingkah laku
dan perbuatannya, dan memenuhi kewajiban.
Kedudukan takwa, karena
itu, sangat penting dalam agama Islam dan kehidupan manusia. Pentingnya
kedudukan takwa itu antara lain dapat dilihat dalam catatan berikut.
Disebutkan di sebuah hadis bahwa Abu zar al-Gifari, pada suatu hari,
meminta nasihat kepada Rasulullah. Rasulullah menasihati al-Gifari,
"Supaya ia takwa kepada Allah, karena takwa adalah pokok segala
pekerjaan muslim. Dari nasihat Rasulullah itu dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa takwa adalah pokok (pangkal) segala pekerjaan muslim.
Selain sebagai pokok, takwa juga adalah ukuran.
Di dalam surat al
Hujurat (49) ayat 13, Allah mengatakan bahwa, "(Manusia) yang paling
mulia di sisi Allah adalah (orang) yang paling takwa.” Dalam surat lain,
takwa sebagai dasar persamaan hak antara pria dan wanita (suami dan
isteri) dalam keluarga, karena pria dan wanita diciptakan dari Jenis
yang sama (QS.4:1) dalam surat al-Baqarah (2) ayat 177, makna taqwa
terhimpun dalam pokok-pokok kebajikan. Ini dapat dibaca dalam QS. 2:177
yang terjemahan (artinya) lebih kurang sebagai berikut, "Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan (cetak miring dari saya MDA) ialah beriman
kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintai kepada kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dari orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang
yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."
Dari
pokok-pokok kebajikan (perbuatan baik yang mendatangkan keselamatan,
keberuntungan dan sebagainya) yang disebut dalam ayat 177 surat
al-Baqarah tersebut di atas, jelas dimensi keimanan dan ketakwaan, itu
beriringan (bergandengan) satu dengan yang lain. Kedua dimensi itu
secara konsisten disebutkan di dalam berbagai ayat yang bertebaran dalam
al-Quran.
B. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH
Hubungan mansuia
dengan Allah, Tuhan Yang Maha Esa sebagai dimensi takwa pertama, menurut
ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa seperti telah disinggung pada awal
kajian ini, merupakan prima causa hubungan-hubungan yang lain.
Ketakwaan atau pemeliharaan hubungan dengan Allah dapat dilakukan antara lain sebagai contoh :
1. Beriman kepada Allah.
2. Beribadah kepada-Nya dengan jalan melaksanakan shalat lima kali sehari semalam.
3. Mensyukuri nikmat-Nya dengan jalan menerima, mengurus, memanfaatkan semua pemberian Allah kepada mansuia.
4. Bersabar menerima cobaan Allah dalam makna tabah, tidak putus asa ketika mendapat musibah atau menerima bencana.
5. Memohon ampun atas segala dosa dan tobat dalam makna sadar untuk tidak lagi melakukan segala perbuatan jahat atau tercela.
C. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN HATI NURANI ATAU DIRINYA SENDIRI
Hubungan
manusia dengan hati nurani atau diri sendiri sebagai dimensi takwa yang
kedua dapat dipelihara dengan jalan menghayati benar patokan-patokan
akhlak, yang disebutkan Tuhan dalam berbagai ayat al-Qur’an. Diantaranya
: sabar, pemaaf, adil, ikhlas, berani, memegang amanah, mawas diri, dan
mengembangkan semua sikap yang terkandung dalam akhlak atau budi
pekerti yang baik.
D. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN SESAMA MANUSIA
Hubungan
manusia dengan sesama manusia dalam masyarakat dapat dipelihara, antara
lain dengan : tolong menolong, bantu membantu, suka memaafkan kesalahan
orang lain, menepati janji, lapang dada, dan menegakkan keadilan dan
berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.
E. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN HIDUP
Konsekuensi
dari empat pemeliharaan hubungan dalam rangka ketakwaan tersebut adalah
bahwa manusia harus selalu menumbuhkan dan mengembangkan dalam dirinya
empat T yakni empat (kesadaran) tanggung jawab yaitu :
1. Tanggung jawab kepada Allah.
2. Tanggung jawab kepada hati nurani sendiri
3. Tanggung jawab kepada manusia lain
4. tanggung jawab untuk memelihara lingkungan
Takwa
dalam makna memenuhi kewajiban perintah Allah yang menajdi kewajiban
manusia takwa untuk melaksanakannya pada pokoknya adalah :
1. Kewajiban kepada Allah
Kewajiban ini harus ditunikan manusia, untuk memenuhi tujuan hidup
dan kehidupannya di dunia ini yakni mengabdi kepada Ilahi, “Tidak
kuciptakan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepadaKu,” demikian
makna firman Tuhan dalam al-Qur’an surat az-Dzariyat (51) ayat 56.
Misalnya : kewajiban shalat, kewajiban zakat, kewajiban menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.
2. Kewajiban kepada diri sendiri
Kepajiban kepada diri sendiri adalah fardu ‘ain bagi setiap muslim dan muslimat untuk melakukannya.
3. Kewajiban kepada masyarakat
Kewajiban ini merupakan dimensi ketiga pelaksanaan takwa. Kewajiban ini mulai dari :
a. Kewajiban terhadap keluarga
b. Kewajiban terhadap tetangga
c. Kewajiban terhadap masyarakat luas
d. Kewajajiban terhadap negara
4. Kewajiban terhadap lingkungan hidup
Kewajiban terhadap lingkungan hidup dapat disimpulkan dari
pernyataan Tuhan dalam Al-Qur’an yang menggambarkan kerusakan yang telah
terjadi di daratan dan dilautan, karena (ulah) tangan manusia, yang
tidak mensyukuri kurnia Ilahi. Untuk mencegah derita yang dirasakan oleh
manusia, sepertri yang terjadi di Afrika, manusia wajib memelihara
kelestarian lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar